Sabtu, 03 Desember 2011

Tom sang katak (cerita tentang hujan)

Katak itu bernama Tom. Bahagia sekali ia ketika akhirnya mendung menyelimuti angkasa di atas sana. Berbinar-binar matanya melihat sederetan awan menggumpal tebal, tanpa berkedip.

Dalam hati Tom berkata ...
Sang hujan akan datang
Cepatlah! Cepatlah! 
Aku sangat tidak sabar menunggu
Ya ampun, baru kali ini aku merasa sabar itu ada batas
Oh, hujan!
Cepatlah menyapa aku ...
Aku ingin menyambutmu dengan tarian-tarian terbaruku
Kau tahu ...
Aku bersusah payah menciptakan sebuah tarian 
Tidak ! Bukan cuma tarian 
Tapi juga sebuah melodi
Melodi tentangmu, dan tentang jagat raya angkasa

Tom berhenti berbicara dalam hatinya. Ia mulai bosan. 
Ia sekarang duduk diam. Mengamati aliran sungai yang begitu tenang di depan matanya.
Ia amati perlahan. Ia sadar, sungai itu begitu tenang.
Dan tiba-tiba ... sebuah percikan air jatuh ke sungai. 
Getarannya meluas hingga ke tepi sungai, membentuk bulatan yang semakin lama semakin melebar.
Tom segera melihat ke atas. Dan percikan-percikan air yang lainnya tiba-tiba menyusul.
Tom tersenyum. Malu-malu ia tersenyum sambil berusaha untuk berdiri tegak.
Ia memulai tariannya dan memainkan sebuah melodi baru untuk menyambut sang hujan.
Tak lama, hujan semakin deras. Dan Tom sangat senang sekali.
Kaki dan tangannya terus bergerak mengikuti melodi yang ia nyanyikan.

Buitenzorg, 29 Juni 2011

Lirik lagu TOGETHER - Monkey Majik (english translation)

if I were to grow wings on my back
i want to convey to you right now
this overflowing happiness

riding in the swaying wind
in the glittering light of the future
together, forever

this scenery that ive been seeing in my dream
if you try to make your ears listen carefully to the harmony
"is it ok? is this path correct?"
I was always shaken by anxiety

without even looking back
I've come quite a long way
more than anything else, changing too much, too fast
it's never gonna stop, we'll keep it on top
and be together

if I were to grow wings on my back
i want to convey to you right now
this overflowing happiness

riding in the swaying wind
in the glittering light of the future
together, forever

I got this feeling deep inside me
it's a miracle, this miracle of our meeting
I don't believe that I'm alone
you tried to tell me and now i see
you've always understood
but now i've opened up my heart
I can't wait to hold you in my arms

if I was able to look back
would have I been able to come this far?
more than anything else, changing too much, too fast
it's never gonna stop, we'll keep it on top
and be together

if I were to grow wings on my back
i want to convey to you right now
this overflowing happiness

riding in the quivering wind
in the glittering light of the future
together, forever

try to walk away
always from the same ol' day
every little step I take
becomes my own

this feeling won't change, won't fade away
one more time
you are the one for me
you are the only one

the sky that spreads out in front of my eyes
i want to convey it to you right now
this nostalgic joy

with you forever
this future i've tried to forget
together forever
forever

i remember the enjoyable days
forever

Tentang sebuah kesempatan :)

Teringat kembali pada sebuah paragraf di dalam sebuah novel Firebelly. Mengenai sebuah kesempatan, yang terkadang dengan mudah kita lupakan atau bahkan seolah tidak kita sadari.

Terkadang kita ragu-ragu di tepian untuk waktu yang terlalu lama. Kesempatan datang bagaikan selembar daun yang mengambang di depan kita, terhanyut oleh sungai deras. Kita berdiri di tepian sungai dengan hanya satu kesempatan untuk mengambilnya. Kita melatih diri untuk memilih waktu, melompatkan tubuh ke air, menyambar permukaan air dimana kita membayangkan daun itu akan lewat. Kita melatih hal ini berulang-ulang, mungkin dari hari ke hari, menjadi percaya diri dengan teknik kita. Lalu ketika daun itu benar-benar muncul, ternyata kita ragu untuk melakukannya, lantas mempertimbangkannya kembali, khawatir kaki kita akan terpeleset di tepi sungai. Dan sesaat daun itu pun hilang (Firebelly)
Kau tahu apa artinya ?
Bahwa kesempatan itu hanya datang sekali dan pada waktu yang tidak pernah kita duga sebelumnya. Kita hanya butuh keyakinan, kepercayaan diri untuk dapat menggenggam kesempatan itu. Jika sekali saja kita merasa ragu, maka kesempatan itu pun akan dengan mudah hilang. Dan tak akan kembali =)

Sungguh, untuk setiap kesempatan yang ada, semoga menjadi kesempatan yang benar-benar baik dan membawa pada kehidupan kita yang lebih baik. Bukan justru sebaliknya :)

Jumat, 02 Desember 2011

Jenna's Diaries 01 (My Naughty Prince)


Dear My Naughty Prince ...


Seperti aku tidak waras!
Seperti aku kehilangan akal!
Seperti dunia seolah berhenti berputar!
Seperti seekor anak kucing telah menggigit lembut salah satu ujung jariku!
Dan seperti ... entah apa! 
Aku seperti tidak bisa fokus!


Semua itu bermula ketika aku menatapmu dan juga mendengar suaramu.
Kau tahu, karena semua itulah! 
Karena semua yang menyebabkan aku demikian, maka aku memanggilmu The Naughty Prince.


Tapi, aku bahagia.
Senakal apapun kau mencuri hatiku.


Dan satu lagi.
Aku begitu senang. Kau tahu kenapa?
Tentu saja karena aku akan menjadi seseorang yang menjagamu.

Kamis, 17 November 2011

SANG SANG MAESTRO

Sesaat ketika saya membaca kembali syair puisi ini, saya merasa tergugah kembali pada keindahan sebuah sastra. Bahwa sebuah sastra sangatlah indah. Apalagi sastra yang ditulis oleh seorang penulis yang penuh cinta. Dan sastra pula yang dapat menumbuhkan sesuatu yang indah di relung hati yang paling dalam.

Puisi ini dibuat oleh seorang teman saya. Ia menulis sendiri dan membacakan puisi ini dalam sebuah kompetisi seni di kampusnya. Semoga puisi ini dapat menginspirasi siapa saja yang mencintai sastra. Selamat membaca :)

SANG SANG MAESTRO 

Kau gores kuas di kain hampa tak bernyawa

Terlihat titik-titik yang memancarkan kedipan

Syarat  makna untuk mengartikannya

Warna biru Kau tutup dengan kesunyian

Hening tanpa gelagat para kurcaci

Bisu berirama hati yang terlelap

Bulatan di sana Kau lukis dengan menawan 

Merona sepanjang garis lurus cahaya 

Lemah tak sekuat pancaran pemberinya

Tapi itu cukup untuk tanah kehidupan di bawahnya

Guratan bergumpal berarak-arak dengan tenang 

Menemani secercah-cercah penerang kegelapan

Diakui oleh pilar penyangga dengan warna hijaunya

Goresan kuas yang berliku berjalan sepanjang kanvas

Sebagai tanda kematangan pikiran yang tak terjangkau

Dalam relung-relung sahaya.

Disitulah seni pelukis masa terlihat abstrak dari lukisan nyata

Lukisan yang begitu rinci dari sudut ke sudut

Hanya syair takjub membahana

 Menggelora menikmati khasanah keindahan

Dalam menulis bukti karya pelukisnya

Mengalahkan lukisan dewi malam, raja fajar, dan dewa bumi.

Andai kau tau apa maksudnya wahai Semar

Ceritakanlah pada Petruk, Gareng, dan Bagong

Bahkan ke pangeranmu Arjuna

Sampai mereka mengerti dengan apa yang mereka lihat sekarang.“I&”


Secangkir teh hangat di pagi yang cerah :)

Pagi, sekitar pukul 06.00 tepat. Jari saya asyik menari di atas huruf-huruf keyboard pada laptop. Entah mengapa ... pagi itu begitu banyak inspirasi yang menguasai otak saya. Saya begitu tergugah dan tanpa pikir panjang saya berhasrat ingin melahap habis satu buah tulisan. Tentu saja ... tulisan yang begitu ingin saya persembahkan untuk orang-orang tercinta di sekeliling saya.
Belum habis paragraf kedua dalam tulisan saya, Ibu tiba-tiba mampir ke kamar untuk sekedar menyapa anak bungsunya. Senyum tulus memancar di parasnya. Namun, saya tidak begitu mengamati senyum itu. Hanya sekilas lalu kembali asyik menatap layar laptop.
Sepuluh menit berlalu. Saya memulai tulisan di paragraf tiga. Tak lama setelah saya mengetik beberapa kata, Ibu saya kembali singgah ke kamar saya.
“Diminum dulu teh hangatnya. Biar perut terasa enak ...” ucap Ibu saya.
Subhanallah! Saya terdiam sejenak, menghentikan tarian jari saya di atas keyboard laptop dan menatap ibu saya. Benar-benar suasana yang berbeda. Ya ... saya terbiasa sendiri tanpa ada yang peduli dengan keadaan pagi saya. Namun, kali ini saya sadar bahwa saya berada di rumah.
Pagi itu saya merasa ada setulus cinta yang saya terima setelah sekian bulan saya tidak mendapatkannya.

LUV U MOM J




Bahkan kau bebas memahaminya :)

Kau menengadah. Langit sedikit muram. Entah kenapa, mungkin karena hujan masih enggan merintik.

Pernahkah berpikir, bahwa setiap yang kau lakukan adalah sesuatu yang butuh alasan.
Atau mungkin, pernahkah berpikir bahwa kau melakukan sesuatu namun kau tak pernah mengerti apa alasannya.

Seolah menjadi sebuah misteri. Sebuah perkara besar. Bahkan kau tak pelru menjawabnya.

Bebas. Liar. Brutal. Dan tak ingin ada yang mengusik.
Kemudian kau terbang. Melayang. Mengepakkan sayap. Melambung setinggi-tingginya.
Dan kau menemukan hamparan luas serabut putih yang halus.
Kau mencoba untuk menyentuhnya.
Kau merasakan butir-butir halusnya.
Seperti kapas. Dingin. Dan tentu saja lembut.

Kau tahu apa?
Ternyata kau tak mampu menjawab.

Kau kesal. Kau kecewa. Kau marah.
Kau berpindah. KAu bergerak. Kau terbang ke arah yang tak kau temukan lagi serabut putih halus itu.
Kau mencari.
Mengepakkan kedua sayapmu semakin kuat.
Nuranimu semakin ingin menjauh dari butiran halus itu.
Karena kau terlanjur kecewa!

Tak lama ...
kau menemukan gelap. Gulita. Hampa. Tanpa setitik pun cahaya.
Kau berkedip. Terus. Dan berkali-kali.
Kau hampir tak percaya apa yang kau lihat.

Memorimu tentang serabut putih halus itu mendadak menguasaimu. Ia bahkan menjalar memenuhi relung otakmu.

Lagi-lagi kau kesal. Kecewa. Marah. Dan kali ini kau menyesal.

Kepak sayapmu melemah.
Kau terhempas.
Kau pasrah.
Kau tak bernyawa.
Namun kau tenang.

Buitenzorg, 21 September 2011

SURAT SAYANG UNTUK SANG AYAH

Ayah, kau tahu apa yang aku pikirkan?
Aku memikirkan berapa banyak uban yang tumbuh di atas kepalamu
Aku memikirkan berapa banyak gores keriput di wajahmu
Aku memikirkan berapa banyak peluh yang kau keluarkan untuk mencari nafkah keluargamu
Aku memikirkan berapa banyak perih yang kau tahan saat kau terluka, namun kau tidak mau mengungkapkannya pada keluargamu
Aku memikirkan berapa banyak tawa yang kau derai untuk menghibur keluargamu
Aku bahkan berpikir berapa banyak tetes air mata yang kau keluarkan ketika kau merasa kecewa pada anak-anakmu
Ayah, mungkin aku tidak akan pernah menanyakan langsung pertanyaan-pertanyaan di atas kepadamu
Tapi, ayah … sesungguhnya aku memikirkan hal itu
Kau sedang apa sekarang?
Apa kau sedang tertawa?
Atau hanya tersenyum?
Atau bahkan kau sedang menangis?
Ayah, apapun yang kau lakukan saat ini …
Aku ingin bilang
AKU MENYAYANGI AYAH
Aku ingin berterima kasih pada segala sesuatu yang telah kau berikan
Aku ingin meminta maaf atas segala sesuatu yang tak pernah bisa aku berikan untukmu
Tapi, aku selalu berusaha bahwa aku ingin melakukan semua yang terbaik untuk ayah

LOVE U DAD :)





Biochemistry, the sciences in the future

Sadar atau tidak, saat ini masyarakat telah banyak menikmati aplikasi penemuan-penemuan ilmiah, mulai dari pangan sebagai konsumsi utama sehari-hari bagi kelangsungan hidup hingga produk kecantikan yang semakin modern pemanfaatannya. Tentu saja, penemuan-penemuan ilmiah ini memiliki awal yang tidak mudah. Banyak ilmuwan dari berbagai belahan dunia bersaing menciptakan sesuatu yang bertujuan mempermudah kelangsungan hidup masyarakat. Bukan saja semata karena persaingan untuk memperebutkan sebuah penghargaan, tetapi juga karena jiwa mereka yang kerap kali selalu ingin mengubah dunia menjadi lebih baik. Itulah mengapa dari tahun ke tahun hingga masa sekarang ini, perkembangan ilmu pengetahuan semakin meningkat pesat bahkan diiringi dengan penerapan teknologi yang semakin mutakhir pula.
Tak pernah terbayangkan bahwa peradaban dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi akan semakin menguasai dunia hingga ke pelosok manapun. Tentu saja, tak pernah terpikirkan pula bahwa dalang dari semua kemajuan bidang ilmu ini adalah manusia. Manusia yang diciptakan memiliki akal dan pikiran, ternyata menyimpan sejuta potensi untuk selalu memperbaiki peradabannya. Hal ini memanglah perlu dilakukan karena manusia hidup bukan untuk berdiam tanpa suatu perubahan apapun, namun manusia hidup untuk bergerak dan menuju suatu perubahan yang tentunya perubahan bagi perbaikan di dalam hidupnya. Inilah ... suatu fenomena yang begitu takjub untuk dibahas. Fenomena tentang peradaban kemajuan ilmu pengetahuan hingga mempertajam segala potensi yang ada di dunia.
Lantas, apa hubungannya dengan sebuah ilmu di bidang biokimia? Sejenak kita berpikir tentang awal mula perkembangan biokimia. Semula, ahli biologi sel memberikan apresiasinya berupa penemuan di bidang struktur sel. Awal mula sel ini ditemukan oleh Robert Hooke. Observasi-observasi mengenai sel dilakukan hingga perkembangan mikroskop elektron pun memberikan suatu pemahaman mengenai struktur sel. Selanjutnya, perkembangan mengenai sel tidak hanya berhenti pada penemuan mikroskop elektron, namun juga penemuan mengenai organel-organel sel lainnya, seperti mitokondria, kloroplas, dan lain-lain beserta fungsinya yang tentu saja menjadi perangkat utama dalam proses biokimia yang berlangsung di dalam tubuh. Berlanjut ke bidang genetika molekuler. Gagasan mengenai adanya gen, yaitu unit pembawa sifat yang akan diturunkan oleh setiap individu, muncul dari seorang Gregor Mendel hingga selanjutnya ditemukan pula prinsip isolasi gen beserta struktur kimianya secara lengkap. Sekilas mengenai perkembangan biokimia tersebut pada awal kemunculan ilmunya menjadi modal utama ilmu biokimia untuk semakin mengembangkan aplikasi bidang ilmu lain.
Kini saatnya ilmu biokimia mengalami kemajuan pesat dan tentunya menjadi suatu bidang ilmu yang prospek ke depannya sangat bermanfaat bagi aplikasi bidang ilmu lainnya yang akan diterapkan kepada masyarakat luas. Biokimia yang menekankan pada proses metabolisme di dalam tubuh, tentu saja akan sangat bermanfaat bagi perkembangan ilmu penyakit dan kedokteran. Biokimia yang  juga menekankan pada rekayasa genetika, tentu saja akan sangat bermanfaat dalam proses diversifikasi pangan, pertanian, dan tanaman obat-obatan. Industrialisasi yang semakin ramai pun tak ketinggalan menggunakan penerapan aplikasi ilmu biokimia. Produksi pangan fungsional, industri antibiotik, pemanfaatan herbal berbasis health protect, dan sebagainya, dapat menerapkan ilmu biokimia dalam aplikasi proses produksinya. Inilah wujud nyata bahwa ilmu biokimia tak dipungkiri perannya dalam memajukan peradaban dunia. 
Biokimia yang terlahir untuk mematangkan segala ilmu pengetahuan dasar, mengubahnya menjadi suatu paket ilmu yang tentu saja memiliki pengaruh di beberapa bidang ilmu lainnya. Biokimia memaknai bahwa kehidupan yang nampak besar, namun sesungguhnya kehidupan besar itu merupakan sekumpulan segala sesuatu yang semula sangat kecil. Biokimia mengisi segala ketakjuban yang berada di dunia, menyadarkan betapa segala ciptaan-Nya sangat berharga. Biokimia membantu peradaban dunia semakin berkembang serta menyusunnya dengan rapi hingga menjadi kompleks miniatur yang sangat mengagumkan. Selain itu, biokimia berperan pula dalam memajukan segala potensi yang tersimpan di dunia hingga menjadikannya sebagai suatu mahakarya. Sungguh, semua ini benar-benar menakjubkan! Oleh karena itu, tak dapat dipungkiri lagi jika ilmu biokimia merupakan ilmu terdepan yang dapat menjadi modal utama dan memperkaya aplikasi bidang ilmu lain di dunia.

A gift for my friend which is lost T__T

Hari ini saya membuka-buka folder "picture" di laptop saya. Kemudian saya amati satu per satu file-file di dalam folder tersebut dan tiba-tiba saya senyum-senyum sendiri sekaligus merasa ingatan itu kembali lagi. Saya menemukan sebuah foto yang membuat saya merasa bersalah sampai saat ini. Huhu T__T

Agak tragis ceritanya. Bagaimana menjelaskannya ya?? 
Saya bingung. Sangat bingung. Jadi begini ceritanya. 
Di suatu hari, saya punya ide untuk memberikan kado kepada salah satu sahabat saya (Cmie). Tapi, saat itu saya berpikir kalau saya ingin memberikan dia sebuah kado hasil buatan tangan saya sendiri. Saya berpikir barang apa yang akan saya buat, sementara saya tahu betul kemampuan saya yang NOL besar (*haha*) dalam membuat kerajinan tangan. Tapi, karena saya masih bermodal kreatif (*PD deh -__-*), saya memutuskan untuk menggambar sesuatu di selembar kertas kosong. Bahkan pada saat saya menggambar pun, saya masih belum terpikir apa yang mau saya gambar (*-___-*). Alhasil, setalah saya berpikir keras dan berusaha untuk menyelesaikannya. Dan inilah hasilnya ... Jeeengg jeeengg !!!


Well, dalam gambar ini ada seorang anak kecil. Anak kecil itu adalah saya sewaktu masih kecil yang diturunkan dari langit (makanya liat deh pake baju daster tidur yang ada bulan dan bintangnya :D). Saya bersama dengan 4 peri kecil (gomen, cuma bisa gambar kepalanya doang.. hehe) ingin menyampaikan suatu ucapan selamat pada Cmie yang ulang tahun di tahun 2009.  Kalau tidak salah waktu itu pacarnya Cmie (Ekky) membuatkan sebuah video ulang tahun untuk Cmie. Nah, gara-gara itu saya terinspirasi deh untuk membuatkan sesuatu dari tangan saya sendiri sebagai kado ultah Cmie.

Unlucky me ! >_<'
The gift was lost. Fool me!
*Aaaarrrrghhh
Sebenarnya saya mau cerita sama Cmie, tapi saya malu. Jadi saya memutuskan untuk memendam cerita ini saja. Ternyata, saya malah keingetan lagi *haha*. So, karena cerita ini konyol, saya tulis saja di blog ini.  Tapi saya janji kalau gambar ini berhasil saya temukan, entah di ulang tahun Cmie yang ke berapa, saya akan memberikan ini pada dia. Hehe... 
Untuk sahabat saya Cmie ... Gomenasai !! Gomen ! Gomen! >__<'

Oooppss , tapi di balik cerita ini ternyata saya masih beruntung.
Saya sempat mengabadikan gambar ini dalam handphone saya. Uhuiiii .... 
Walaupun setelah momen pengabadian tersebut, gambarnya seolah berjalan sendiri entah kemana. Saya belum berhasil menemukan ... T__T

Perfect picture about friendship

Well, ini adalah salah satu karya teman saya yang bernama Septia Indah Rosiana ^_^Dia adalah teman sebangku saya sewaktu SMP dan kami masih tetap satu sekolah saat di bangku SMA, walaupun kami tidak sekelas lagi. Hobinya menggambar. Saya selalu merasa bahwa perpaduan kami berdua adalah suatu "MIRACLE" yang hebat. Hahahaha ... Mengapa demikian? 

Baiklah ... begini ceritanya. Dia sangat jago menggambar. Gambar-gambarnya hampir sempurna di mata saya (Plok! Plok! Plok!). Terkadang saya "envy" dengan dirinya (T__T). Tetapi hal tersebut tidak membuat saya menjauhinya. Saya justru sedikit belajar darinya. Hmm .... alhasil sekarang saya senang dengan dunia fotografi (nyambung sedikit kan?! -__-). 

Ketika kami masih bersama-sama (saya membayangkan bahwa dia dengan saya spt NICE COUPLE *evil laugh*), kami berdua memiliki cita-cita untuk membuat komik bersama. Saya yang jago menulis (pede deh -__-), beberapa kali menulis script komik yang ingin kami buat. Waktu itu kami berhasil melakukannya. Kalau tidak salah judul komiknya "BEST CHALLENGER". Tapi unlucky, karena kesibukan kami yang super sangat padat (maklum anak hiperaktif *keplak*), kami tidak berhasil menyelesaikannya dengan sempurna. Kami berhenti di pertengahan jalan tol (*dzzzziingggg*). Kami merasa sedih (*lebay*). Hahahaha .... tapi sebenarnya kami masih ingin melanjutkannya. Hanya saja, waktu belum mempertemukan kami berdua. Mungkin suatu saat nanti (*dream high*).

Well, sekarang kami sudah terpisah kurang lebih 4 tahun lamanya setelah lulus SMA. Saya merantau ke Bogor dan dia tetap berada di Jakarta. Kami sama-sama melanjutkan studi di universitas masing-masing. Walaupun begitu, kami masih sama-sama saling terhubung. Terkadang kami masih sering menceritakan tentang mimpi kami yang ingin membuat komik bersama. 

Pernah di suatu hari (saya lupa kapan), saya mengirimkan beberapa file cerpen-cerpen saya ke emailnya. Kemudian dia tertarik dengan salah satu cerpen saya yang berjudul "SURYA TENGGELAM". Cerpen tersebut mengisahkan tentang sebuah persahabatan. Bahkan saya tidak mengira kalau dia ingin membuatkan "chara" untuk cerpen saya itu. Wahh, romantisssss !!! So sweet bangett! (*plok! plok! girang*). Dan inilah hasil karyanya yang menggambarkan tentang cerpen saya ...


(Kiri-kanan : saya, Indah, Dimas, Ridho as main character, Randa, Gema)

Begitulah ... cerpen ini mengisahkan tentang Ridho (tokoh utama) yang memiliki tiga sahabat baik. Mereka semua berasal dari daerah yang berbeda-beda dan dipertemukan dalam sebuah kamar di salah satu asrama tempat mereka kuliah. Ridho sangat perhatian dan menyayangi ketiga temannya. Dia terkenal ramah di kampusnya. Bahkan ketiga temannya (Dimas, Randa, Gema) sangat iri dengan keramahan dia. Tapi, Ridho justru selalu merasa bahwa ia tidak jauh lebih baik dari temannya. Ketiga temannya tersebut, di mata seorang Ridho adalah siswa-siswa unggulan berprestasi yang masing-masing mendapatkan beasiswa dari daerahnya masing-masing. Sementara Ridho, dia hanyalah seorang mahasiswa biasa yang tinggal dengan seorang nenek tersayangnya. Selanjutnya, mereka selalu melewati hari-hari bersama. Mereka saling membantu satu sama lain. Sampai suatu hari, Dimas merasa bahwa Ridho menyimpan sesuatu yang tidak diketahui oleh ketiga temannya. Dimas hanya tahu bahwa Ridho hanya setia menuliskan segala sesuatunya di dalam sebuah buku diary miliknya. Ridho tidak pernah mengijinkan teman-temannya untuk melihat diary tersebut. 

Akhirnya, Dimas yang merasa semua ini harus terpecahkan, ia memberanikan dirinya untuk mencuri diary Ridho. Ia sangat penasaran dengan isi diary tersebut. Dan saat itulah, Dimas mengetahui semua rahasia terbesar di dalam kehidupan Ridho. Ia tidak pernah mengira bahwa sahabatnya tersebut memiliki ayah seorang pembunuh bayaran, bahkan ibunya selingkuh dengan pria lain. Oleh karena itu, Ridho hanya tinggal dengan neneknya. Hal lain yang membuat Dimas semakin terpukul bahwa Ridho sudah lama mengidap penyakit kanker. Terlalu kejam bagi Dimas membiarkan temannya tersebut menahan pesakitannya sendiri. Dimas hampir tidak percaya. Ia bahkan sangat terpukul dengan semua kenyataan tentang Ridho.

Pada hari yang sama, ketika Dimas mengetahui semua kenyataan itu, ia mendapat kabar bahwa Ridho benar-benar krtitis di rumah sakit. Maka, Dimas bersama Gema dan Randa, pergi ke rumah sakit. 

Tiba di rumah sakit, mereka mendapati Ridho dalam kondisi yang tak berdaya. Mereka hanya bisa mengamati tubuh Ridho yang terbaring kaku dalam ranjang di rumah sakit. Tak lama kemudian, Ridho menghembuskan napas terakhirnya bersamaan dengan siluet surya yang tenggelam. Hiks Hiks ... T__T

Mau baca lebih lengkapnya, saya posting juga di blog ini. Judul cerpennya "SURYA TENGGELAM".
Dan terima kasih kepada sahabat saya Indah Rosiana yang sudah membuatkan "chara" untuk cerpen ini. Next time, cerpen yang lain yaa. :)



Selasa, 15 November 2011

Mimpi kami bersama (BTI's Corp)

Tentang BTI's Corp ...
Kami memulainya dengan mengajukan sebuah proposal yang diikutsertakan dalam ajang Kreatifitas Mahasiswa tahun 2010 tingkat nasional. Awalnya saya tidak turut serta dalam pembuatan proposal tersebut. Namun, ketika proposal tersebut dinyatakan lolos menerima bantuan dana dari DIKTI untuk mewujudkan usaha kecil ini, sang direktur utama (Ayu Arthuria) menceritakan kepada saya. Pada saat itu, saya hanya berpikir bahwa itu hanyalah sebuah cerita bahagia yang dia ceritakan kpd saya. Tapi ternyata TIDAK!!

Ayu justru mengajak saya untuk bergabung dengan 2 tim lainnya (Ganep Agus Dj dan Yunan Nursyahbani Mubin). Jujur saya tidak pernah memikirkan hal ini sebelumnya. Dan tanpa pikir panjang lagi, saya menerima tawaran tersebut. Mulailah kami berempat bertekad membangun usaha kecil ini.

Rapat perdana kami memutuskan bahwa Ayu Arthuria sebagai Direktur Utama, saya (Dhaniar Astri) sebagai Manajer Keuangan dan Administrasi, Ganep Agus sebagai Manajer Produksi, dan Yunan Nursyahbani sebagai Manajer Pemasaran. Usaha kami bernama "Martabak Telur Mini Bhinneka Tunggal Ika".

"Martabak Telur Mini Bhinneka Tunggal Ika", nama tersebut muncul ketika masing-masing dari kami sangat menyenangi makanan khas Indonesia yang bernama martabak telur. Persamaan terhadap makanan favorit tersebutlah, yang menjadikan kami bersatu. Lantas, kami memasukkan inovasi di dalam usaha kami, yaitu sebuah bentuk martabak telur yang kecil, namun tetap dapat menyajikan sebuah rasa yang fantastik. Apalagi kami berpikir bahwa kebanyakan martabak telur yang beredar di Indonesia terutama daerah sekitar kampus kami (IPB Dramaga) memiliki ukuran yang besar dan harga yang sangat mahal. Terkadang ketika kami (mahasiswa) ingin membeli, kami harus mengumpulkan beberapa orang teman kami untuk bersama-sama membeli martabak telur tersebut (read : patungan). Kenyataan tersebut membuat kami ingin menciptakan sebuah produk makanan favorit masyarakat Indonesia ini menjadi sebuah jajanan praktis yang enak dan dapat dibeli mahasiswa kapanpun mereka mau. Oleh karena itu, kami membuat resep "Martabak Telur Mini Bhinneka Tunggal Ika" dengan penuh perjuangan. Kami ingin menawarkan sebuah jajanan praktis asli Indonesia yang disajikan seperti "fast food".

"Martabak Telur Mini Bhinneka Tunggal Ika" rilis pertama kali pada bulan Mei 2011. Saat itu kami berjualan di Jalan Babakan Raya, Dramaga, Bogor kurang lebih dua bulan. Kemudian kami sempat vakum sampai bulan Oktober 2011 karena memiliki beberapa kendala. Awal kemunculan "Martabak Telur Mini Bhinneka Tunggal Ika", kami mendapat banyak sekali masukan dan tanggapan. Mereka bilang ini merupakan sebuah ide yang bagus, terutama untuk kalangan mahasiswa yang memiliki uang saku pas-pasan. Sebagian dari mereka merasa produk kami enak. Namun, dari segi bentuk, beberapa orang menyarankan agar lebih diperbaharui karena bentuk semula menginterpretasikan sebuah telur dadar yang digoreng dengan berbagai macam isi (seperti: kornet sapi, ayam, jagung manis, sosis, dan tuna). Pada masa-masa vakum tersebut kami manfaatkan untuk membuat resep baru. Dan alhasil, manajer produksi kami berhasil menciptakan resep baru "Martabak Telur Mini Bhinneka Tunggal Ika ".

Resep baru ini fantastis dan jauh lebih praktis dalam penyajiannya. Resep baru kami rilis pada 7 November 2011 dalam sebuah acara Expo di kampus kami. Hasil penjualannya menakjubkan. Selama 4 hari berjualan di acara Expo tersebut, penjualan resep baru kami dua kali lipat lebih banyak dibanding penjualan dengan resep lama dulu. Alhamdulillah ...

Selain itu, kami juga baru saja mendapat seorang investor yang ingin bergabung dengan usaha kami. Hal ini semakin membuat kami bersemangat untuk terus berkembang menjadi usaha yang besar.

Selanjutnya, saat ini, kami sedang mempersiapkan untuk berjualan di sebuah kantin kampus. Tentu saja banyak perubahan baru yang kami tawarkan. selain rasa yang semakin fantastis, bentuk dan tampilan dari produk kami akan semakin berkualitas tentunya. Dan oleh karena itu, kami memutuskan untuk merubah nama "Martabak Telur Mini Bhinneka Tunggal Ika" menjadi "Martabak BTI". :)

Selamat mencicipi Martabak BTI. Insya allah kami akan mulai berjualan pada bulan Desember 2011.
Jangan lupa add / follow kami di :
FB : Martabak BTI
Twitter : @martabakBTI



Rabu, 29 Juni 2011

Cerita sederhana 11

Mungkin ini hanya sebuah kata-kata pengantar ...


Life is an opportunity, benefit from it.
Life is beauty, admire it.
Life is bliss, taste it.
Life is a dream, realize it.
Life is a challenge, meet it.
Life is a duty, complete it.
Life is a game, play it.
Life is a promise, fulfill it.
Life is sorrow, overcome it.
Life is a song, sing it.
Life is a struggle, accept it.
Life is a tragedy, confront it.
Life is an adventure, dare it.
Life is luck, make it.
Life is too precious, do not destroy it.
Life is life, fight for it.
(Mother Teresa)


Dan betapa hidup dapat diartikan seperti apapun, bagaimanapun, dan dalam bentuk apapun. Hanya kita yg mampu mengimajinasikan. Kemudian hanya kita pula yg mampu merefleksikannya.


Malamku masih belum beranjak. Dan pagiku akan segera menyambut. 




Hei, apa kabarmu Buitenzorg?
Kira-kira berapa lama lagi aku singgah di sini?
Kau tidak bisa menjawab
Aku pun masih membisu




Berbagai cerita ... ini tentangku, tentang mereka, tentangmu juga yang menjadi persinggahan dalam setiap hembus napas perjuanganku




Ya, betapa hidup tak habisnya mengenai tawa, tangis, harapan, kesempatan, dan tentu saja ketakutan pula. 
Berpadu,  terangkai satu, dan bersinkronisasi dengan waktu. 


Buitenzorg, 27 Juni 2011

Cerita sederhana 10

Minggu pagi di Buitenzorg. Dalam perjalanan pulang yang ditemani serabut halus dan lembut di angkasa yang kelabu, aku mengingat sesuatu.
Sesuatu itu bernama memori.
Ingatan masa lalu. Ucapan masa lalu. Dan juga perasaan masa lalu.
Ya Rabb, ini bulan Juni ... entah aku baru sadar atau selama ini aku hanya asyik terhanyut dalam mimpi.


Cukup ! Mungkin itu hanya bayangan semu yang menakutkan.
Lihatlah ... gunung yang menjulang tinggi itu. Begitu kokoh, begitu mempesona mata.
Akankah aku juga seperti itu?


Lihat juga ... daun menghijau yang merata di sepanjang jalan.
Akankah aku juga sesejuk itu? Setenang itu ... hingga mampu menenangkan siapapun?


Masih belum puas, silahkan lihat juga burung-burung yang terbang bebas di angkasa sana.
Begitu bebas mereka, begitu merdeka.
Akankah aku juga sebebas itu? Mengepakkan sayapku, semauku ... semampuku?


Yaa ... ini minggu pagi di Buitenzorg.
Dan aku pun membiarkan udara segar ... memasuki tubuhku.


Buitenzorg, 5 Juni 2011

Cerita sederhana 09

Bunga itu terjatuh dari tangkainya. Terbang bebas, mengayun, dan akhirnya singgah di permukaan tanah. Tak berapa lama, angin bertiup dan membawa bunga itu kembali terbang. Dan kemudian jatuh kembali.


Aku menatap lembut bunga yang kini tetap tenang di permukaan tanah. Tak ada lagi angin yang mengusiknya. Ia seperti terlelap sekarang. Diam, membisu, dan aku sama sekali tak tahu ia sedang apa. 


Menit berlalu. Kulayangkan pandanganku ke langit angkasa yang luas di atas sana. Membiru dengan kumpulan serabut putih yang juga membentang luas. Mereka berpadu. Membentuk perpaduan warna yang sederhana. 


Kulihat, tak ada mendung. Bahkan, serabut awan nampak jelas berwarna putih cerah. Ya, matahari nampak berkuasa di langit sana. Ia cerah. Dan belum disapa mendung. 


Lantas, apalagi yang dapat kulihat ?
Karena aku memang sedang ingin bercengkrama dengan alam. Bahwa aku ingin jiwaku tenang sesaat. Menatap apa saja yang menjadikan hatiku kembali teduh.


Rindang pohon. Menghijau.
Bentangan padi di sawah. Hampir menguning.
Sang cencorang. Hijau yang hinggap di salah satu daun. Warna mereka menyatu.
Sang katak. Berlompatan dengan amat riang.
Sang ayam. Berjalan santai bersama anak-anaknya.
Sang kucing. Menyapa diriku yang tersenyum padanya.
Ahh ... mereka. Anak-anak yang baru saja pulang sekolah. Mereka asyik mengayuh sepedanya.


Buitenzorg, inikah ceritamu siang ini?
Bagaimana ceritamu malam nanti?
Akankah hujan menemani?
Aku menunggu ... :)


Butenzorg, 26 Mei 2011

Cerita sederhana 08

Hai, Buitenzorg! Cukup lama tak ada cerita. Bukan tak ada cerita, tapi tak cukup banyak waktu untuk mengungkapkan cerita.




Hmmm ... aku teringat sesuatu. Bukan teringat, aku memang merasakan sesuatu. Mungkin, karena akhirnya titik-titik gerimis jatuh dari langit yang kemudian berganti deras. 




Pernahkah kau berpikir bagaimana perasaanmu besok?
Pernahkah kau membayangkan seperti apa dirimu besok?
Bukan!




Bukan itu ternyata yang aku maksud.
Mungkin, ini tak sederhana mengungkapkannya. Bagiku, seharusnya perasaan ini kuhiraukan. Aku benar-benar tak mau. Aku lelah!




Tapi ... itulah.
Karena memang aku tak bisa terus menyembunyikan.




Kubilang, aku seperti hilang arah. Membiarkan raga dan jiwaku terbang bebas mengikuti kemana arah angin. Bahkan aku sendiri terlalu membiarkannya.




Aku harus bagaimana? Aku butuh sesuatu ! Sesuatu yang bisa mengarahkan aku kembali. Tentu saja ke tempat yang seharusnya aku tuju.
Orang lain boleh bahagia. Orang lain boleh tertawa. Tapi, jangan biarkan aku dibawa angin begitu saja. Hingga aku pun tak tahu kemana aku harus mengarahkan tubuhku.




Aku ... huff ...
Sudahlah. Aku tak ingin lebih jauh terhanyut seperti ini. 
Aku hanya mampu bilang ...
Buitenzorg, sepanjang jalan pulangku, seluruh alam raya yang kutemui basah. Dan dingin menerpaku.
Terima kasih. Karena aku masih mampu menyadari itu. Setidaknya aku tidak membiarkan angin terus membawaku pergi ... kemana ia mau. :)


Buitenzorg, 19 Mei 2011

Cerita Sederhana 07

Hai, Buitenzorg !
kali ini aku tak bertemu hujan.


CErah sekali. Namun, masih ada segores kelabu yang menyelimuti di angkasa sore hari.
Hanya saja, mungkin hujan sedang tak ingin membasahi alam raya.


Bercerita sedikit ...
Ini mungkin tentang sebuah perasaan.
Perasaan entah aku harus menyebutnya bagaimana.


Tiba-tiba saja aku rindu pelangi. Tiba-tiba saja aku rindu siapa pun yang tak kutemui hari ini.


Bahkan tiba-tiba saja aku seperti tidak ingin mengeluarkan kata-kata lagi dari mulutku.
Aku hanya ingin duduk. Di suatu tempat yang jauh dari keramaian. Ya ... kemudian aku asyik menatap langit. Menunggu hujan yang tak deras. Dan sesaat pelangi pun ikut mewarnai angkasa di atas sana.


Merah, jingga, kuning, hijau, biru , nila, dan ungu.
Adakah warna yang lupa untuk kusebutkan?



Aaahhh ... aku memang rindu.
Rindu pada-Mu, rindu mereka, rindu siapa saja yang pernah menjadi bagian hidupku.


Buitenzorg, 4 Mei 2011

Senin, 02 Mei 2011

Cerita sederhana 06

Buitenzorg hujan deras. Percikan air bertalu dengan gemuruh angin yang menerpa. Memainkan simponi lagu-lagu yang hampir beraturan. Ahhh ... betapa ini semua melahirkan sebuah cinta.


Tentang cinta.
Ketika ada seorang anak manusia yang telah lahir, maka cinta pun merona.
Ketika ada dua mata saling terpana dan terpesona, maka cinta pun bertahta.
Ketika ada dua insan yang saling menggenggam rasa, maka cinta pun tak kuasa.


Semua menggelora. Berupaya. Bercahaya. Bermahkota. 
Cinta ...
Boleh aku bertanya?
Apa cinta akan hilang? 
Apa cinta akan lenyap?
Atau musnah? 


Hujan terus membasahi jagat raya sore ini.
Dan aku masih belum mampu menjawab. Tak pula mampu bertanya. 


Bahwa aku memang belum mengerti cinta. Sepenuhnya ... sedalamnya. :)


Buitenzorg, 2 Mei 2011

Cerita Sederhana 05 (Tentang kelabu)

Kelabu ... 
Sejenak pikiranku berlabuh tentang maknanya.
Makna hitam atau putih yang siap mendampinginya.
Tidak ! Ternyata memang bukan keduanya.

Yaa ... malam di Buitenzorg, udara tetap dingin di luar sana.
Alunan musik pembakar semangat kembali kuputar.
Tentang Mimpi. Tentang Angan. Tentang Semangat. Tentang Perjuangan. Tentang Pergolakan. Tentang apapun itu yang membuat aku bisa merasakan kembali makna kebahagiaan. 

Pernahkah berpikir bahwa kau mampu hidup di padang gurun tandus tanpa setitik pun air di hadapanmu?
Pernahkah berpikir bahwa kau mampu bertahan tegak di tepi jurang dengan ribuan angin menerpa?

Mungkin kau akan mati terkubur di padang gurun tandus itu
Mungkin pula kau akan terjatuh dari tepi jurang itu

Lantas, apa yang dapat kau lakukan setelahnya?

Tidak! Kau sama sekali tidak boleh menyerah. 
Ini hidupmu! Ini nyawamu! Kau bebas menyelamatkannya. Bahkan kau bebas merenggut kembali dari segala yang merenggutnya darimu.

Ya ... karena semua penentuan ada jauh di dalam hatimu.
Kau ingin hidup atau sekedar pasrah?

Jika AKU, insya allah aku ingin tetap hidup.
Karena aku memiliki DIA, memiliki mereka :)

Cerita Sederhana 04 (Tentang kebahagiaan)


Hujan masih terus mengguyur kota Buitenzorg tercinta. Kota yang hampir setiap hari kelabu. Mengantarkan titik-titik hujan dengan segala romantismenya. Merata ke seluruh permukaan tanah, atau sekedar singgah sementara di pucuk dedaunan hijau dan bunga-bunga yang penuh warna.
Oh, betapa hidup begitu indah. Betapa hidup seharusnya bahagia. 
Hari itu akan terus berlalu. Maka, ketika hari ini belum berlalu seutuhnya, biarkanlah peluhku terus mengucur deras. Tak peduli rasa lelah, tak peduli rasa sakit, ataupun tak peduli rasa yang membuatku tak lagi bahagia.
Karena aku selalu ingin melalui hari dengan sejuta pesona, dengan sejuta cerita. Tentu saja cerita sederhana yang memiliki makna luar biasa. 
Aku senang! Aku bahagia! Dan aku terus belajar! Tentang hidup. Tentang menjadi dewasa. Tentang menjadi bijaksana. Dan tentang pilihan-pilihan yang dapat membuatku bahagia.

Begitulah ... aku menutup cerita. Selalu ada makna yang aku dapat.

Alhamdulillah ...
"Maka nkmat Tuhan kamu mana lagikah yang kamu dustakan?"

Untuk ayah dan ibu di rumah :
Gadis bungsu kecil ini ingin memberikan kalian sebuah persembahan dan tentu saja ingin membuat kalian bangga karena telah membesarkan aku. Terima kasih yg tak terkira :)

Buitenzorg, 30 April 2011

Selasa, 05 April 2011

TIGA JIWA "Save My Soul" (session 2)

Banyu :
Ada yang salahkah pada diri ini?
Kosong itu tiba-tiba hilang. Lenyap. Musnah.
Sebuah titik ... entah titik apa.
Aku masih tak dapat mengerti.
Lalu, kutatap bintang di angkasa malam saat ini juga.
Masih tetap muram.
Lantas, apa ini?
Tiba-tiba nuraniku tumbuh.
Membentuk warna-warni pelangi, hingga akhirnya relung dalam hatiku tak lagi kosong.

Kirana :
Tatapan kosong. Seolah tak bernyawa.
Dingin. Melebihi bongkahan es yang pernah tersentuh oleh ujung jariku.
Tiba-tiba, aku merasa tatapan itu justru meronakan hatiku.
Menghilangkan kelabu yang selama ini terpenjara sepi jauh di lubuk hatiku.
Ahhh ... betapa aku tak pernah merasakan sebelumnya perasaan lembut ini.
Mungkinkah Buitenzorg memang berhasil membuat hatiku porak poranda?
Porak poranda bukan karena semakin kelabu, tapi justru merona sejak senja baru itu berhasil aku temukan.
Dan tentu saja, senyum di bibirku tak henti-hentinya berkulum.

Maessa :
Sebuah ikatan. Menjelmaku menjadi sosok yang tertarik-tarik.
Terombang-ambing.
Semula, hati ini gelap! Sangat gulita!
Namun, senyum mengkulum itu mampu menarik-narik perasaanku menjadi baru.
Perlahan, tirai dendamku sedikit mereda.
Amarahku pun tak lagi menghantui.
Oh, apa ini?
Benarkah jiwaku yang dulu mampu kembali?
Atau semua ini hanya sekedar mampu menjadi fatamorgana saja?

Cerita Sederhana 03

Seluas jagat raya memandang. Membentang luas hingga ke angkasa di atas sana. Membiru dengan sedikit polesan putih yang nampak hangat menyelimuti. Tak jauh, deretan panjang menghijau juga tertata rapi. Memadukannya dengan biru yang sebelumnya tampak. 
Oh ... sore yang membuatku jatuh hati. Ya, tentu saja jatuh hati pada yang menciptakan fatamorgana ini. Betapa semesta alam yang begitu damai, sejuk, dan membutakan mataku pada hal-hal yang sebelumnya aku pikirkan.
Beginilah seharusnya perasaan. Tenang seolah tanpa apapun. Namun, bukan berarti aku melepaskan semua tanggung jawab hidup. Ini hanyalah pelarian sementara tentang hidup yang seharusnya aku syukuri berkali-kali.
Maka ... ketika langit mulai memerah, itu berarti senja akan menyapa siapa pun yang telah berpeluh hari ini. Betapa nikmat merasakan peluh yang berkucur dan sambutan senja memerah ikut menutupi hari ini dengan romantisme fatamorgananya.
Aku menyukainya. Ya, benar-benar tak ingin berkeluh kesah jadinya. 
Karena fatamorgana ini mampu menghapuskan apapun.

Jiwa berlelah, berpeluh, maka nikmat Tuhan mana lagikah yang kamu dustakan? :)

Buitenzorg, 4 April 2011 

Kamis, 24 Maret 2011

Cerita sederhana 02

Malam. Hening. Sayup-sayup hanya suara jangkrik yang mampu berirama. Menemani aku dalam keasyikan bercengkrama dengan kata-kata. 
Entah mengapa mata ini sulit terpejam. Pikiranku masih jauh membayangkan betapa aku bukanlah apa-apa tanpa rezeki dan anugerah dari-Nya. Betapa aku hanya makhluk yang bernyawa jika saja tanpa cinta dari-Nya. Betapa aku hanya penikmat dunia jika saja aku tak mengenal-Nya. Oh, sungguh itu tidak benar-benar kuinginkan.

Sedikit cerita tentang sore hari ini. Masih terbayang cakrawala luar biasa pada langit menjelang sore di Kota Buitenzorg. Pagi yang nampak abu-abu dan ketika sore sangat mendecak kagum sang pemilik jiwa di dalam tubuhku. Betapa fatamorgana yang begitu indah. Membentang luas diselimuti kabut kelabu. Dan tentu saja, hiasan burung-burung yang asyik terbang kesana kemari semakin menyempurnakan angkasa sore hari ini. 

Belum lagi, ketika aku jalan menyusuri jalan lurus hingga ke ujung depan, nampak sebuah gunung menjulang berwarna kelabu. Sedikit dihiasi siluet putih yang mempercantik bentangan alam Kota Buitenzorg.

Sungguh, seandainya ada warna-warni pelangi yang juga ikut menghiasinya, maka fatamorgana itu akan semakin sempurna. Mungkin lain kali. Karena sang pelangi sedang menunggu hujan di tengah terik mentari. :)

TIGA JIWA "Save My Soul" (session 1)

Banyu :
Ini mungkin sebuah takdir, dan mungkin saja aku memang diharuskan menerima takdir ini tanpa perlu melawannya. Begitulah, aku tak habis pikir tentang apa saja yang bisa aku perbuat untuk orang lain. Bukan! Ternyata bukan itu yang seharusnya aku pikirkan. Tapi mengapa aku justru melakukan ini?
Hatiku begitu dingin, mengeras, bahkan sudah menjadi karang yang sulit dihancurkan. Walaupun bisa dihancurkan dengan tetesan air, namun tetap saja tidak cukup hanya sebentar. Butuh waktu yang lama. Begitulah kira-kira penggambaran isi hatiku. Terlalu gelap! Terlalu tak peduli! Dan terlanjur sadis!
Omong kosong dengan kasih sayang. Omong kosong pula tentang cinta. Semua itu akan lenyap jika setitik saja kebencian menyelimuti. Sebenarnya aku tidak benci. Hanya saja aku terlanjur memperoleh kehidupan yang penuh dengan kebencian. Sekali lagi bukan aku yang benci. Tetapi orang-orang yang bersama akulah yang diliputi banyak kebencian.
Dan aku?
Hanya sekedar menerima apa yang mereka benci. Menjadikannya lenyap hingga kebencian itu pun hilang dengan sendiri. Namun, ternyata kebencian itu tidak hanya satu.
Maka ... aku pun melenyapkan ribuan kebencian. Hingga aku pun lelah. Hingga penyesalan di dalam diriku pun tak lagi ada.

Maessa:
Entah apa yang dapat kuperbuat untuk tidak memenjarakan dendam ini. Jiwaku seharusnya bukan seperti ini. Ya, aku merasa memang kehilangan seluruh jiwaku yang sebenarnya. Dan itulah ... karena dendam ini terlalu sulit aku lenyapkan.
Betapa aku telah banyak mengalami perubahan jiwa. Aku seperti orang pesakitan. Setiap detik yang kulalui, hanya sebuah amarah dan dendam yang mampu menghidupkan kembali jiwaku. Aku hampir tak mengenal sosokku. Bahkan aku merasa bahwa jiwaku bukan lagi milikku. Ia hilang begitu saja. Ia lenyap entah kemana. Hingga jiwa lain pun mengisi relung-relung di tubuhku yang kosong.
Aku selayaknya mayat hidup tanpa cinta dan kasih sayang. Hidup hanya untuk menumbuhkan dendam dan amarah. Ya ... kenyataannya, setiap detik yang kulalui hanya untuk memendam amarah dan dendam hingga suatu saat akan berhasil aku luapkan. Tentu saja, entah pada siapa akan aku luapkan dendam dan amarah ini. Yang jelas, aku tidak main-main.
Aku hanya mampu hidup dengan satu alasan, yaitu dendam! Ya, itu saja! Tak ada yang lain.
Bahkan aku rela menghabiskan darah di sekujur tubuhku hanya untuk membalas dendam.

Kirana :
Tak habis pikir dengan kelelahanku selama ini. Aku tumbuh menjadi seorang gadis berhati kelabu. Kelabu bukanlah putih bersih. Kelabu juga bukanlah hitam pekat. Namun, kelabu ialah perpaduan antara keduanya. Bisa terbayangkan, hatiku pun penuh kekalutan. Namun, tetap saja aku memang setegar karang di lautan.
Belum ada gemuruh air yang mampu meluluhlantahkan ketegaran hatiku. Walau kalut, aku selalu yakin bahwa aku kuat. Inilah yang menjadi alasan mengapa aku hampir tak pernah menitikkan airmata sekalipun. Bisa kuingat, titik airmata terakhir yang mengalir di kedua pipiku saat ibuku meninggal 10 tahun silam. Setelahnya, aku sama sekali tidak pernah menitikkan airmata.
Itulah mengapa kubilang bahwa aku begitu tegar.
Sayangnya, ketegaran hatiku tidak akan selamanya menjadi tidak putus asa. Begitulah, karena semakin aku memaknai hariku selanjutnya, aku semakin kacau. Bukan karena aku mulai lemah, tetapi karena kekalutan yang aku alami berusaha menggoyahkan karang yang tegar di hatiku.
Sudahlah, aku masih belum mau menyerah.
Ini tentang hidup. Ini tentang menjadi bijaksana.
Maka, aku hanya sanggup menegakkan karang itu dan berharap akan tetap kokoh walaupun besarnya air mulai membasahi sekujur tubuhku.

Rabu, 23 Maret 2011

Cerita sederhana 01

Pagi buta. Baru saja aku melewati suatu malam yg hampa.
Ya, tentu saja hampa karena tanpa siapa pun. Bahkan suara binatang2 kecil pun tak mampu aku dengar.
Kali ini, ketika hari sudah berganti, aku masih saja menemui pagi tanpa siapa-siapa.
Apa sesungguhnya ini? Aku tak betah. Aku seperti hilang arah.

Sejenak kupandangi sebuah buku harian. Lapuk, usang, dan pudar. Hanya itu yg nampak jelas di kedua mataku.
Belum satu menit berlalu dengan sempurna, aku sudah terhanyut dengan syair-syair di dalam buku harian itu.
Lembar demi lembar kulalui masih dengan perasaan hampa. Belum menemukan sesuatu yang nampaknya dpt membuat hatiku sedikit merona.

Akhhh ... baru saja aku berhasil mengatupkan bibirku, hati ini tiba2 merona. Sangat merona. Hingga aku pun malu.

"Buitennzorg, 5 Desember 2010 ...
Selamat bertemu hari lahirmu kembali di tahun ini. Kehampaan yg kau rasakan sebenarnya hanyalah asa yg selalu menggelayuti pikiranmu. Maka, biarkan ia mengalir. Mengikuti arus harimu yg seharusnya kau lalui dengan sederhana. Pikirkanlah, betapa kau merugi membiarkan kehampaan itu terus terpelihara bahkan kau bukan melepaskannya, tapi justru memenjarakannya. Sekali lagi, lalui harimu dengan sederhana. Karena kau memang tak sendiri."


Sebuah senyum melengkung sempurna tepat di bibirku. Dan mentari pagi mulai mencerahkan dunia yang selama ini kuanggap hampa. :)
Betapa hari itu akan dapat kulalui dengan indah ketika aku merasa telah sederhana melewatinya.