Rabu, 23 Maret 2011

Cerita sederhana 01

Pagi buta. Baru saja aku melewati suatu malam yg hampa.
Ya, tentu saja hampa karena tanpa siapa pun. Bahkan suara binatang2 kecil pun tak mampu aku dengar.
Kali ini, ketika hari sudah berganti, aku masih saja menemui pagi tanpa siapa-siapa.
Apa sesungguhnya ini? Aku tak betah. Aku seperti hilang arah.

Sejenak kupandangi sebuah buku harian. Lapuk, usang, dan pudar. Hanya itu yg nampak jelas di kedua mataku.
Belum satu menit berlalu dengan sempurna, aku sudah terhanyut dengan syair-syair di dalam buku harian itu.
Lembar demi lembar kulalui masih dengan perasaan hampa. Belum menemukan sesuatu yang nampaknya dpt membuat hatiku sedikit merona.

Akhhh ... baru saja aku berhasil mengatupkan bibirku, hati ini tiba2 merona. Sangat merona. Hingga aku pun malu.

"Buitennzorg, 5 Desember 2010 ...
Selamat bertemu hari lahirmu kembali di tahun ini. Kehampaan yg kau rasakan sebenarnya hanyalah asa yg selalu menggelayuti pikiranmu. Maka, biarkan ia mengalir. Mengikuti arus harimu yg seharusnya kau lalui dengan sederhana. Pikirkanlah, betapa kau merugi membiarkan kehampaan itu terus terpelihara bahkan kau bukan melepaskannya, tapi justru memenjarakannya. Sekali lagi, lalui harimu dengan sederhana. Karena kau memang tak sendiri."


Sebuah senyum melengkung sempurna tepat di bibirku. Dan mentari pagi mulai mencerahkan dunia yang selama ini kuanggap hampa. :)
Betapa hari itu akan dapat kulalui dengan indah ketika aku merasa telah sederhana melewatinya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar