Rabu, 29 Juni 2011

Cerita sederhana 11

Mungkin ini hanya sebuah kata-kata pengantar ...


Life is an opportunity, benefit from it.
Life is beauty, admire it.
Life is bliss, taste it.
Life is a dream, realize it.
Life is a challenge, meet it.
Life is a duty, complete it.
Life is a game, play it.
Life is a promise, fulfill it.
Life is sorrow, overcome it.
Life is a song, sing it.
Life is a struggle, accept it.
Life is a tragedy, confront it.
Life is an adventure, dare it.
Life is luck, make it.
Life is too precious, do not destroy it.
Life is life, fight for it.
(Mother Teresa)


Dan betapa hidup dapat diartikan seperti apapun, bagaimanapun, dan dalam bentuk apapun. Hanya kita yg mampu mengimajinasikan. Kemudian hanya kita pula yg mampu merefleksikannya.


Malamku masih belum beranjak. Dan pagiku akan segera menyambut. 




Hei, apa kabarmu Buitenzorg?
Kira-kira berapa lama lagi aku singgah di sini?
Kau tidak bisa menjawab
Aku pun masih membisu




Berbagai cerita ... ini tentangku, tentang mereka, tentangmu juga yang menjadi persinggahan dalam setiap hembus napas perjuanganku




Ya, betapa hidup tak habisnya mengenai tawa, tangis, harapan, kesempatan, dan tentu saja ketakutan pula. 
Berpadu,  terangkai satu, dan bersinkronisasi dengan waktu. 


Buitenzorg, 27 Juni 2011

Cerita sederhana 10

Minggu pagi di Buitenzorg. Dalam perjalanan pulang yang ditemani serabut halus dan lembut di angkasa yang kelabu, aku mengingat sesuatu.
Sesuatu itu bernama memori.
Ingatan masa lalu. Ucapan masa lalu. Dan juga perasaan masa lalu.
Ya Rabb, ini bulan Juni ... entah aku baru sadar atau selama ini aku hanya asyik terhanyut dalam mimpi.


Cukup ! Mungkin itu hanya bayangan semu yang menakutkan.
Lihatlah ... gunung yang menjulang tinggi itu. Begitu kokoh, begitu mempesona mata.
Akankah aku juga seperti itu?


Lihat juga ... daun menghijau yang merata di sepanjang jalan.
Akankah aku juga sesejuk itu? Setenang itu ... hingga mampu menenangkan siapapun?


Masih belum puas, silahkan lihat juga burung-burung yang terbang bebas di angkasa sana.
Begitu bebas mereka, begitu merdeka.
Akankah aku juga sebebas itu? Mengepakkan sayapku, semauku ... semampuku?


Yaa ... ini minggu pagi di Buitenzorg.
Dan aku pun membiarkan udara segar ... memasuki tubuhku.


Buitenzorg, 5 Juni 2011

Cerita sederhana 09

Bunga itu terjatuh dari tangkainya. Terbang bebas, mengayun, dan akhirnya singgah di permukaan tanah. Tak berapa lama, angin bertiup dan membawa bunga itu kembali terbang. Dan kemudian jatuh kembali.


Aku menatap lembut bunga yang kini tetap tenang di permukaan tanah. Tak ada lagi angin yang mengusiknya. Ia seperti terlelap sekarang. Diam, membisu, dan aku sama sekali tak tahu ia sedang apa. 


Menit berlalu. Kulayangkan pandanganku ke langit angkasa yang luas di atas sana. Membiru dengan kumpulan serabut putih yang juga membentang luas. Mereka berpadu. Membentuk perpaduan warna yang sederhana. 


Kulihat, tak ada mendung. Bahkan, serabut awan nampak jelas berwarna putih cerah. Ya, matahari nampak berkuasa di langit sana. Ia cerah. Dan belum disapa mendung. 


Lantas, apalagi yang dapat kulihat ?
Karena aku memang sedang ingin bercengkrama dengan alam. Bahwa aku ingin jiwaku tenang sesaat. Menatap apa saja yang menjadikan hatiku kembali teduh.


Rindang pohon. Menghijau.
Bentangan padi di sawah. Hampir menguning.
Sang cencorang. Hijau yang hinggap di salah satu daun. Warna mereka menyatu.
Sang katak. Berlompatan dengan amat riang.
Sang ayam. Berjalan santai bersama anak-anaknya.
Sang kucing. Menyapa diriku yang tersenyum padanya.
Ahh ... mereka. Anak-anak yang baru saja pulang sekolah. Mereka asyik mengayuh sepedanya.


Buitenzorg, inikah ceritamu siang ini?
Bagaimana ceritamu malam nanti?
Akankah hujan menemani?
Aku menunggu ... :)


Butenzorg, 26 Mei 2011

Cerita sederhana 08

Hai, Buitenzorg! Cukup lama tak ada cerita. Bukan tak ada cerita, tapi tak cukup banyak waktu untuk mengungkapkan cerita.




Hmmm ... aku teringat sesuatu. Bukan teringat, aku memang merasakan sesuatu. Mungkin, karena akhirnya titik-titik gerimis jatuh dari langit yang kemudian berganti deras. 




Pernahkah kau berpikir bagaimana perasaanmu besok?
Pernahkah kau membayangkan seperti apa dirimu besok?
Bukan!




Bukan itu ternyata yang aku maksud.
Mungkin, ini tak sederhana mengungkapkannya. Bagiku, seharusnya perasaan ini kuhiraukan. Aku benar-benar tak mau. Aku lelah!




Tapi ... itulah.
Karena memang aku tak bisa terus menyembunyikan.




Kubilang, aku seperti hilang arah. Membiarkan raga dan jiwaku terbang bebas mengikuti kemana arah angin. Bahkan aku sendiri terlalu membiarkannya.




Aku harus bagaimana? Aku butuh sesuatu ! Sesuatu yang bisa mengarahkan aku kembali. Tentu saja ke tempat yang seharusnya aku tuju.
Orang lain boleh bahagia. Orang lain boleh tertawa. Tapi, jangan biarkan aku dibawa angin begitu saja. Hingga aku pun tak tahu kemana aku harus mengarahkan tubuhku.




Aku ... huff ...
Sudahlah. Aku tak ingin lebih jauh terhanyut seperti ini. 
Aku hanya mampu bilang ...
Buitenzorg, sepanjang jalan pulangku, seluruh alam raya yang kutemui basah. Dan dingin menerpaku.
Terima kasih. Karena aku masih mampu menyadari itu. Setidaknya aku tidak membiarkan angin terus membawaku pergi ... kemana ia mau. :)


Buitenzorg, 19 Mei 2011

Cerita Sederhana 07

Hai, Buitenzorg !
kali ini aku tak bertemu hujan.


CErah sekali. Namun, masih ada segores kelabu yang menyelimuti di angkasa sore hari.
Hanya saja, mungkin hujan sedang tak ingin membasahi alam raya.


Bercerita sedikit ...
Ini mungkin tentang sebuah perasaan.
Perasaan entah aku harus menyebutnya bagaimana.


Tiba-tiba saja aku rindu pelangi. Tiba-tiba saja aku rindu siapa pun yang tak kutemui hari ini.


Bahkan tiba-tiba saja aku seperti tidak ingin mengeluarkan kata-kata lagi dari mulutku.
Aku hanya ingin duduk. Di suatu tempat yang jauh dari keramaian. Ya ... kemudian aku asyik menatap langit. Menunggu hujan yang tak deras. Dan sesaat pelangi pun ikut mewarnai angkasa di atas sana.


Merah, jingga, kuning, hijau, biru , nila, dan ungu.
Adakah warna yang lupa untuk kusebutkan?



Aaahhh ... aku memang rindu.
Rindu pada-Mu, rindu mereka, rindu siapa saja yang pernah menjadi bagian hidupku.


Buitenzorg, 4 Mei 2011