Kamis, 17 November 2011

SANG SANG MAESTRO

Sesaat ketika saya membaca kembali syair puisi ini, saya merasa tergugah kembali pada keindahan sebuah sastra. Bahwa sebuah sastra sangatlah indah. Apalagi sastra yang ditulis oleh seorang penulis yang penuh cinta. Dan sastra pula yang dapat menumbuhkan sesuatu yang indah di relung hati yang paling dalam.

Puisi ini dibuat oleh seorang teman saya. Ia menulis sendiri dan membacakan puisi ini dalam sebuah kompetisi seni di kampusnya. Semoga puisi ini dapat menginspirasi siapa saja yang mencintai sastra. Selamat membaca :)

SANG SANG MAESTRO 

Kau gores kuas di kain hampa tak bernyawa

Terlihat titik-titik yang memancarkan kedipan

Syarat  makna untuk mengartikannya

Warna biru Kau tutup dengan kesunyian

Hening tanpa gelagat para kurcaci

Bisu berirama hati yang terlelap

Bulatan di sana Kau lukis dengan menawan 

Merona sepanjang garis lurus cahaya 

Lemah tak sekuat pancaran pemberinya

Tapi itu cukup untuk tanah kehidupan di bawahnya

Guratan bergumpal berarak-arak dengan tenang 

Menemani secercah-cercah penerang kegelapan

Diakui oleh pilar penyangga dengan warna hijaunya

Goresan kuas yang berliku berjalan sepanjang kanvas

Sebagai tanda kematangan pikiran yang tak terjangkau

Dalam relung-relung sahaya.

Disitulah seni pelukis masa terlihat abstrak dari lukisan nyata

Lukisan yang begitu rinci dari sudut ke sudut

Hanya syair takjub membahana

 Menggelora menikmati khasanah keindahan

Dalam menulis bukti karya pelukisnya

Mengalahkan lukisan dewi malam, raja fajar, dan dewa bumi.

Andai kau tau apa maksudnya wahai Semar

Ceritakanlah pada Petruk, Gareng, dan Bagong

Bahkan ke pangeranmu Arjuna

Sampai mereka mengerti dengan apa yang mereka lihat sekarang.“I&”


Tidak ada komentar:

Posting Komentar