SANG SANG MAESTRO
Sesaat ketika saya membaca kembali syair puisi ini, saya merasa tergugah kembali pada keindahan sebuah sastra. Bahwa sebuah sastra sangatlah indah. Apalagi sastra yang ditulis oleh seorang penulis yang penuh cinta. Dan sastra pula yang dapat menumbuhkan sesuatu yang indah di relung hati yang paling dalam.
Puisi ini dibuat oleh seorang teman saya. Ia menulis sendiri dan membacakan puisi ini dalam sebuah kompetisi seni di kampusnya. Semoga puisi ini dapat menginspirasi siapa saja yang mencintai sastra. Selamat membaca :)
SANG SANG MAESTRO
Kau gores kuas di kain hampa tak bernyawa
Terlihat titik-titik yang memancarkan kedipan
Syarat makna untuk mengartikannya
Warna biru Kau tutup dengan kesunyian
Hening tanpa gelagat para kurcaci
Bisu berirama hati yang terlelap
Bulatan di sana Kau lukis dengan menawan
Merona sepanjang garis lurus cahaya
Lemah tak sekuat pancaran pemberinya
Tapi itu cukup untuk tanah kehidupan di bawahnya
Guratan bergumpal berarak-arak dengan tenang
Menemani secercah-cercah penerang kegelapan
Diakui oleh pilar penyangga dengan warna hijaunya
Goresan kuas yang berliku berjalan sepanjang kanvas
Sebagai tanda kematangan pikiran yang tak terjangkau
Dalam relung-relung sahaya.
Disitulah seni pelukis masa terlihat abstrak dari lukisan nyata
Lukisan yang begitu rinci dari sudut ke sudut
Hanya syair takjub membahana
Menggelora menikmati khasanah keindahan
Dalam menulis bukti karya pelukisnya
Mengalahkan lukisan dewi malam, raja fajar, dan dewa bumi.
Andai kau tau apa maksudnya wahai Semar
Ceritakanlah pada Petruk, Gareng, dan Bagong
Bahkan ke pangeranmu Arjuna
Sampai mereka mengerti dengan apa yang mereka lihat sekarang.“I&”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar